Nama Thailand dikaitkan dengan nama sebuah kerajaan Sukhothai pada tahun
1238, yang kemudian diteruskan oleh kerajaan Ayutthaya pada pertengahan abad ke-14. Negara ini mengganti namanya menjadi
Thailand pada tahun 1939. Salah satu hal unik dari Thailand yaitu sampai dengan zaman modern negara ini tidak pernah di bawah dominasi kekuasaan
bangsa-bangsa barat. Ini berarti bahwa negeri ini cenderung untuk menjauhkan
diri dari beberapa arus perubahan yang mengubah banyak dari sisa Asia. Bahkan sampai seorang Siam melukiskan negerinya sebagai “sebuah negeri Eropa yang salah letak”.
Dalam perjuangan antara Perancis, Inggris, dan Belanda untuk menguasai
Indocina, Myanmar, dan Kepulauan Indonesia, Thailand bertindak sebagai
penyangga antara kepentingan-kepentingan yang berkonflik, terutama antara
Inggris dan Perancis, meskipun wilayahnya selalu dipotong oleh Inggris di
Myanmar dan Malaya, dan oleh Perancis di Kampuchea dan Laos. Hal menarik lainnya dari
negeri ini adalah modernisasi yang terjadi sebab negeri ini pernah tertutup
bagi bangsa barat.oleh sebab itu, maka akan dibahas mengenai modernisasi di
Thailand.
1. Raja Mongkut
Era modernisasi di Thailand
dimulai pada masa pemerintahan Raja Mongkut yang bergelar Rama IV. Mongkut
meminta dengan tegas supaya saudara kandungnya, pangeran Chuthamani, dinobatkan
sebagai “raja kedua”. Chuang Bunnag diangkat menjadi Chauphraya Sri Suriyawong,
yaitu menteri peperangan provinsi-provinsi
selatan (Kalahong) dan kepala menteri. Sementara itu adiknya, Kham Bunnag
menjadi menteri keuangan.
Sir John Bowring, Gubernur Inggris dari Hong Kong dan menteri
luar negeri untuk Cina mengajukan tuntutan atas perdagangan bebas berdasarkan
cukai yang bersifat nominal saja dan penghapusan semua monopoli perdagangan dan
komoditas Siam. Selanjutnya pada 18 April 1885 ditandatangani perjanjian
Bowring. Di bawah syarat-syarat perjanjian tersebut, Siam bersedia memberikan
hak ekstrateritorial, menyetujui penghapusan komoditas perusahaan maupun yang
diborongkan atau monopoli-monopoli dan cukai-cukai transit, dan penetapan
menurut nilai (adva-lorem) tarif 3%
terhadap barang-barang impor dan 5% terhadap barang-barang ekspor.
Keputusan Siam untuk berbuat demikian merupakan cara
untuk menghindari ancaman intervensi asing. Supaya perjanjian tersebut dapat
berjalan, Mongkut dan para menterinya harus menjalankan apa yang diakui oleh
Bowring sebagai “sebuah revolusi total di
dalam semua mekanisme keuangan pemerintah”. Kemungkinan bahwa perdagangan
luar negeri akan segera berkembang, maka jumlah kapal-kapal asing yang
mengunjungi Bangkok meningkat lebih dari 10 kali lipat dan Siam menjadi salah
satu pengekspor beras dan kayu jati terbesar di dunia.
Perkembangan yang pesat dalam hal perdagangan dan
hubungan luar negeri membuat kehidupan di Bangkok berubah dengan cepat. Fasilitas-fasilitas
pelabuhan, gudang-gudang dan toko-toko dibangun. Raja menanamkan modalnya dalam
toko-toko baru. Para pedagang, kaum misionaris, seniman, kaum profesional dan
orang-orang barat dipekerjakan secara resmi sebagai tutor, penerjemah,
pejabat-pejabat polisi,
dan nahkoda.
Mongkut
dan Suriyawong menyadari bahwa nasib negeri mereka bergantung pada seberapa
banyak mereka belajar dari barat. Oleh sebab itu mereka berusaha menyesuaikan
diri dengan ide-ide dan teknik barat, dalam tingkah laku hubungan dengan luar
negeri dan pengorganisasian serta perlengkapan kekuatan militer. Orang-orang
asing dipekerjakan untuk mewakili pemerintah Siam di luar negeri. Kemudian digantikan oleh bangsa
Siam yang sudah terlatih dengan baik. Orang-orang Eropa disewa sebagai penasihat
kementerian luar negeri
Suriyawong, dan Raja Bangkok. Pemerintah Siam menyewa pelatih untuk melatih
tentara dan mengimpor senjata baru.
Walaupun melakakukan berbagai penyesuaian terhadap barat,
namun Mongkut tidak melakukan perubahan yang fundamental. Golongan bangsawan
birokrat tetap bersifat semi turun-temurun dan tidak digaji, serta pengarahan
pendidikan tidak berubah. Tidak ada revisi yang dibuat dalam hukum Siam atau
dalam sistem perbudakan. Pemerintahan provinsi
tidak efisien dan cenderung melawan kekuasaan pusat. Mongkut dan Suryawong mungkin berpikir bahwa mereka
telah terlalu berbuat banyak dan bodoh untuk
maju terlalu cepat dengan perubahan. Terutama sejak tekanan perubahan, seperti
yang disuarakan oleh para konsul asing, masih belum kuat sebelum 1870. Apalagi kaum bangsawan dan keluarga raja terbagi karena
adanya masalah perubahan. Oleh sebab itu, Mongkut dan Suriyawong percaya bahwa
perubahan harus dilakukan secara perlahan-lahan dan hati-hati.
Ada dua insiden yang mungkin menyebabkan Siam
mempertimbangkan kembali hubungannya dengan barat dan keadaan yang mendesak
dari perubahan di dalam negeri. Pertama adalah penembakan Trengganu oleh kapal
perang Inggris pada 1862 setelah Suriyawong membangkitkan minat untuk
memperluas kekuatan Siam sana dan Pinang, mengingatkan Siam akan kerapuhan
hubungannya dengan Inggris dan kelemahannya dalam menghadapi serangan barat. Selain
itu juga terjadi penghapusan kekuasaan dan pengaruh Siam di Kampuchea demi
keuntungan Perancis. Hal tersebut menimbulkan kekecewaan pada Raja Mongkut. Tidak
ada peristiwa yang serius untuk memaksa Mongkut mengubah politik dasarnya. Mongkut dapat membangun dengan sukses hubungan dengan
barat. Salah satu usahanya adalah dengan diplomasi. Ia mengundang konsul-konsul
asing dan Gubernur Straits Settlements pada September 1868 untuk menemaninya
dalam suatu kunjungan ke desa Wa ko untuk menyaksikan gerhana matahari total. Ia
terserang penyakit yang mengakibatkan kematiannya 5 minggu setelah kunjungan
itu pada usia 65 tahun.
Hubungan yang baik antara Rama I dan menteri-menterinya
menyebabkan terbentuknya kelompok-kelompok partai yang hidup lama di istana dan
memberi fleksibelitas kepada kinerja pemerintah dan memperluas alternatif untuk
mempertimbangkan ekonomi nasional dan politik luar negeri. Komunitas Cina yang
menetap dan tumbuh dengan cepat membuktikan sumber kekuatan yang besar dalam
pelaksanaan sistem pengolahan pajak. Sampai 1868 politik semakin berkembang
yang ditandai dengan kepentingan-kepentingan baru, ide-ide, asosiasi-asosiasi,
dan komitmen-komitmen melipatgandakan alternatif dalam kebijaksanaan.
2. Raja Chulalangkorn
Tekanan imperialisme barat yang paling kuat terjadi dalam
satu atau dua dasawarsa setelah Myanmar dan Vietnam. Hal itu memberikan tambahan
waktu bagi Siam memecahkan masalah-masalah yang kritis dan politik dalam
negeri. Raja Chulalongkorn (1868-1910) pada usia 15 tahun menggantikan ayahnya
dan selama lima tahun tidak mempunyai kekuasaan di tangan walinya, Chaophraya
Sri Suriyawong (Chuang Bunnag). Ia kemudian bepergian ke Hindia Belanda,
Singapura, Myanmar, dan India untuk mengumpulkan anak-amak muda di
sekelilingnya yang telah mengenyam pendidikan barat. Ketika ia menjadi raja
dengan hak penuh pada 1873, dengan dukungan anak-anak muda ia memulai dengan
serentetan perubahan-perubahan yang mendasar, mengumumkan penghapusan
perbudakan, mengubah sistem pengadilan dan keuangan, serta membentuk sebuah
dewan negara dan dewan pribadi untuk menasehatinya.
Pada pertengahan 1880-an Chulalangkorn memulai kembali
program pembaharuannya dengan menempatkan saudara-saudara raja yang merupakan
orang-orang berpendidikan paling baik dari generasi mereka di
departemen-departemen dan kementrian-kementrian. Pada 1885 mulai mengadakan
reorganisasi pada pemerintahannya di kementrian-kementrian yang disusun
berdasarkan fungsinya. Sistem tersebut diresmikan pada Maret 1888 dengan calon
menteri yang muda-muda, semua saudara raja, dan menghadiri rapat-rapat sebelum
kementrian resmi diumumkan. Empat tahun kemudian departemen ditata ulang dengan orang-orang yang telah dipersiapkan
dan dilatih untuk kabinet pemerintahan yang baru dan mulai beroperasi pada
April 1892.
Perubahan yang paling penting ialah perluasan kekuasaan
pusat atas provinsi-provinsi dan daerah-daerah vasal yang jauh letaknya. Siam
mengelompokkan provinsinya ke dalam Monthon (lingkaran), yang diperintah oleh
komisaris-komisaris seperti yang diterapkan Inggris di India dan Myanmar.
Jabatan komisaris diadakan di Luang Prabang, Chiengmai, Phuket, dan Batambang
pada 1870-an dan di Nongkhai, Champasak, Nakhon Ratchasima (Khorat), dan Ubon
pada 1880-an. Kekuasaan dan aktifitas para komisaris baru menjadi kokoh sekitar
1890-an, ketika membangun unit-unit militer lokal dan mengatur administrasi
keuangan dan pengadilan.
Siam berhasil mengatasi krisis 1893 tetapi kekuatan barat
tetap mengancam integritas wilayahnya dari luar dan mengganggu kedaulatan
negaranya dari luar. Perjanjian-perjanjian dari 1850-an membatasi kekuasaan
penarikan pajak dan suatu sistem ekstarteritorial bersifat menekan orang-orang
Cina, Lao, Kampuchea, Shan, dan Myanmar dengan sertifikat registrasi Perancis
dan Inggris di luar pengadilan Siam. Antara 1898 dan 1910 suatu sistem sekolah
pemerintahan yang modern telah tersebar luas ke seluruh negeri. Hal ini sejalan
dengan pendaftaran yang melonjak dari 5.000 menjadi 84.000 murid. Rancangan
perundang-undangan resmi yang modern, pembentukan dinas-dinas militer dan
administrasi keuangan dan perpajakan yang modern, serta berakhirnya kerja paksa
kesemuanya dapat diselesaikan. Ketika kepemimpinan yang sebagian besar terdiri
atas orang-orang muda yang sudah dilatih di luar negeri, mulai menonjol pada
akhir pemerintahan Chulalongkorn, keberhasilan program pembaharuan terjamin,
meskipun masih jauh dari sempurna.
Kesimpulan
Modernisasi di Thailand dimulai pada masa pemerintahan
Raja Mongkut yang bergelar Rama III dengan menata ulang sistem pemerintahan di
kerajaan. Selain itu, ia juga menandatangani perjanjian Bowring untuk
memberikan hak ekstrateritorial kepada Inggris. Pada masa ini, perdagangan dan
hubungan luar negeri membuat kehidupan di Bangkok berubah dengan cepat. Sampai
1868 politik semakin berkembang yang ditandai dengan kepentingan-kepentingan
baru, ide-ide, asosiasi-asosiasi, dan komitmen-komitmen melipatgandakan
alternatif dalam kebijaksanaan.
Modernisasi
dilanjutkan oleh Raja Chulalongkorn (1868-1910) yang pada usia 15 tahun
menggantikan ayahnya. Pada 1873, ia memulai dengan serentetan
perubahan-perubahan yang mendasar, mengumumkan penghapusan perbudakan, mengubah
sistem pengadilan dan keuangan, serta membentuk sebuah dewan negara dan dewan
pribadi untuk menasehatinya. Pada pertengahan 1880-an Chulalangkorn menempatkan
saudara-saudara raja di departemen-departemen dan kementrian-kementrian. Pada 1885
mengadakan reorganisasi pada pemerintahannya di kementrian-kementrian yang
disusun berdasarkan fungsinya. Sistem tersebut diresmikan pada Maret 1888. Empat
tahun kemudian departemen ditata ulang
mulai beroperasi pada April 1892. Antara 1898 dan 1910 suatu sistem
sekolah pemerintahan yang modern telah tersebar luas ke seluruh negeri. Pada
akhir pemerintahan Chulalongkorn, keberhasilan program pembaharuan terjamin,
meskipun masih jauh dari sempurna.
Referensi
Wiharyanto, A Kardiyat.
2012. Sejarah Asia Tenggara Dari Awal
Tumbuhnya
Nasionalisme Sampai Terbangunnya Kerja Sama ASEAN. Yogyakarta :
Universitas
Sanata Dharma.
Sudharmono. 2012. Sejarah Asia Tenggara Modern Dari Penjajahan
ke Kemerdekaan.
Yogyakarta :
Ombak.
The casino to find the best players in the world - DrmC
BalasHapusThe casino to find the best players in the world. DrmC. is the 남양주 출장안마 home for all newbie 통영 출장샵 players who 김제 출장안마 want to take part 포천 출장안마 in a new online gambling journey with 남양주 출장샵